Minggu, 19 Desember 2010

Manifest0 0f C0mmunist (Historis Materialisme)

Pemikiran Karl Marx
Historis Materialisme
Menurut Marx, faktor materi atau ekonomi merupakan produksi barang dan jasa yang menopang kehidupan manusia serta pertukaran barang dan jasa dasar dari segala proses dan lembaga sosial. Namun Marx tidak mengklaim bahwa hanya faktor ekonomi yang menciptakan sejarah, tetapi menyatakan bahwa faktor ini yang terpenting sebagai dasar atau landasan untuk membangun suprastruktur kebudayaan, perundang-undangan, dan pemerintahan yang diperkuat oleh berbagai ideologi politik, sosial, keagamaan, kesusastraan, serta seni yang sejalan. Metode dialektika Marx yang berupa dalam cita (the ideal) tidak lain dari dunia nyata (material world) yang direfleksikan oleh pikiran manusia dan dipindahkan menjadi buah pikiran.
Marx melukiskan hubungan antara kondisi material dan kehidupan masyarakat dengan idenya yang dikemukakan : “bukan kesadaran manusia yang menentukan keberadaannya, akan tetapi sebaliknya keberadaan sosial manusia itulah menentukan keberadaan kesadarannya”. Materi adalah hal utama bagi Marx sebab manusia dapat berpikir karena manusia harus hidup dan berpikir. Oleh sebab itu, bagi Marx yang mengubah sejarah itu bukan pikiran tetapi cara produksi. Lebih luas lagi berkaitan persoalan ekonomi yaitu hubungan manusia dan benda tenaga-tenaga produktif, serta hubungan manusia dengan manusia yang disebut juga dengan hubungan produktif. Materialism yang dimaksud menjelaskan hubungan-hubungan manusia berdasarkan kenyataan sejarah.
Tahap perkembangan sejarah ditentukan atau dipengaruhi oleh keberadaan material. Bentuk dan kekuatan produksi material tidak saja menentukan proses perkembangan dan hubungan sosial manusia serta formasi politik, tetapi juga pembagian kelas sosial. Menurut Marx, pemilikan tanah akan menjadi kunci pembentukan lembaga dan pemikiran politik, sosial, hukum dan kebudayaan. Analisis Marx yang terpenting adalah materi atau ekonomi menentukan perkembangan dan perubahan sejarah. Masyarakat yang digambarkan oleh Marx adalah suatu komunitas yang tidak berkelas, tentram, tenang, mansuia dengan displin diri dan pandangan terhadap kerja sebagai sumber kegembiraan terlepas dari perlu tidaknya segi keuntungan serta kepentingan diri.
Dalam bukunya, “Economic and Philoshopic Manuscripts”, Marx menyebutkan industrialisme benar-benar hadir dan harus disambut sebagai satu-satunya harapan untuk membebaskan manusia dari keburukan nafsu kebendaan, ketidakpedulian dan penyakit. Dalam manuskrip, Marx mengatakan bahwa kapitalisme manusia dialienasikan dari pekerjaan, barang yang dihasilkannya, majikan, rekan sekerja dan diri mereka sendiri. Buruh menurut Marx tidak bekerja untuk mengaktualisasikan dirinya serta potensi kreatifnya karena pekerjaannya tidak berdasarkan atas kesukarelaan tetapi atas dasar paksaan. Untuk mengembalikan kesosialan mansia sebenarnya, hak milik pribadi atas alat-alat produksi harus dihapus. Akan tetapi, hak milik pribadi bukan suatu perkembangan kebetulan melainkan akibat dari pembagian kerja. Penghapusan tergantung dari kondisi ekonomi objektif. Ajaran tentang kondisi tersebut oleh Marx sendiri disebut “pandangan materialis sejarah”.
Buku “The Manifesto of The Communist Party” dikemukan mengenai hakikat perjuangan kelas, yang dijelaskan:
“Sejarah dari semua masyarakat yang ada samapai saat ini merupakan cerita dari perjuangan kelas. Kebebasan dan perbudakan, bangsawan dan kampungan, tuan dan pelayan, kepala serikat kerja dan para tukang, dengan kata lain, penekan dan yang ditekan, berada pada posisi yang selalu bertentangan satu sama lainnya, dan berlangsung tanpa terputus”.
Dengan tegas Marx menjelaskan bahwa persoalan perjuangan kelas adalah bagian yang tidak terlepas dari pergulatan manusia sepanjang zaman. Ini bagian dari pergolakan untuk melakukan perubahan sosial dari golongan masyarakat yang tertindas berhadapan dengan golongan yang menindas semenjak munculnya kelas sosial itu sendiri. Pragmentaris golongan kelas itu terbagi atas yang dikuasai dan menguasai. Menurut Marx polarisasi itu terdiri atas kelas Borjuis (kelas yang menindas) dan kelas Proletar (kelas yang ditindas). Marx menyebutkan pola hubungan yang eksploitatif diantara dua kelas akan menimbulkan pertentangan kelas (conflict class) dan akhirnya timbul kelas yang revolusioner untuk melakukan perubahan secara revolusioner yang menuntut adanya perubahan struktur kekuasaan dimana kalangan tertindas akan mengambil alih kekuasaan dari kalangan yang menindas sehingga terciptalah masyarakat tanpa kelas (unclasses society).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar